Pages

Minggu, 09 Oktober 2011

Masihkah Kau menjadi "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa"



Paradigma mengenai sosok "guru" tampaknya sudah mengalami pergeseran. Masihkan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa pantas disandang oleh seorang guru ?. Saya sendiri juga adalah salah satu mahasiswa kuguruan disalah satu universitas islam negri di Yogjakarta. Ketika ditanya kok masuk ke jurusan perguruan ? maka secara spotan saya menjawab "ya...karena guru banyak peluang kerjanya....". Rata-rata temanpun ketika  ditanya akan hal itu pasti jawabannya sama "karena guru mempunyai peluan kerja yang banyak". 

Itulah faktanya sekarang profefsi seorang guru sudah dipandang secara materi, niat awal untuk mengajar bukan lagi untuk mendidik seorang anak tetapi bagaimana ketika saya menjadi guru saya bisa mendapatkan penghasilan. imbas dari paradigma seperti ini adalah ketika reward yang diperoleh tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan maka terjadilah apa yang disebut mogok kerja. Tak salah memang kita meminta apa yang menjadi hak kita tetapi ketika menjadi seorang guru hanya diniati untuk memperoleh materi, apakah masih ada kesungguhan dari lubuk hati mereka yang paling dalam untuk bagaimana membuat seorang anak yang tidak bisa menjadi bisa, yang sudah bisa menjadi mahir ?. Saya pribadi terkadang bertanya dalam hati apakah saya siap menjadi seorang guru ? apakah ketika saya nanti lulus pantas menjadi guru ?.

Disisilain masalah nepotisme dalam perekrutan guru dalam suatu lembaga pendidikan  masih tercium jelas khusus nya didaerah-daerah. Saya teringat ketika dulu hendak mendaftar perguruan tinggi, awal nya saya memilih sastra inggris karena memang saya tertarik dengan bahasa inggris. Setalah mendaftar saya pun diterima tetapi harapan untuk belajar bahasa inggris pun kandas ketika orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk mengambil jurusan tersebut dengan alasan "mau jadi apa kalo sudah lulus nanti ? bok cari jurusan yang banyak peluang kerjanya..". Akhirnya karena dalam keluarga saya rata-rata adalah guru maka saya disuruh mengambil keguruan dengan alasan ketika saya lulus nanti bisa langsung kerja menjadi guru didesa. masalah diterima atau tidak nya itu urasan gampang, Asal ada ijazah dan SK ngajar pasti nanti bisa diterima karena memang orang-orang dalam masih keluarga sendiri istilah nya "dinunutke". Ironis memang tetapi itulah faktanya. Saya tidak bermaksud menyinggug profesi guru, saya percaya bahwa masih ada guru-guru yang berjiwa pendidik yang tulus dalam mendidik dan berkompeten dalam mengajar.

8 komentar:

Asaz mengatakan...

kalau saya zaman dahulu gan 25 tahun yang lalu masih namanya IKIP masuk jurusan keguruan karena paling murah, saya lihat rata-rata pada zaman saya mahasiswa yang masuk keguruan orang tuanya pas-pasan dan kebanyakan orang desa,

imam hadi kusuma mengatakan...

@asaz tapi kalo dulu profesi seorang guru belum lah suatu pekerjaan yang menjanjikan, berapa sih gaji guru jaman dulu ? sehingga orang dulu ketika memilih menjadi guru karena semangat tolabul 'ngilmi.....btw thanks gan dah mau mampir

Triwara Nusantari, S. Pd. mengatakan...

Bagi saya profesi guru tetap menjadi profesi yang mulia... banyak pengorbanan yang dilakukan guru-guru di tempat kami tanpa perlu dipublikasikan...namun bila sekarang-sekarang ini guru bernasib lebih baik dari segi materi... itu adalah pantas untuk diberikan...jangan mentang-mentang seorang guru harus hidup miskin... bagaimana mau mendidik dengan semangat kalau perut terasa lapar' kesejahteraan guru pun kini masih belum merata... aku cinta anak-anak didik ku...

imam hadi kusuma mengatakan...

@nirwana pertama saya ucapakan terimakasih dah mau mampir...memang pendapat anda benar asal jangan kemudian guru-guru terlena dengan materi sehingga esensi mereka sebagai pendidik dikesampingkan......

mbah sueb mengatakan...

guru = orang berilmu
Apakah orang banyak ilmu tak pantas banyak harta??
( just renungan hehe )

Suyadi mengatakan...

Kalau guru2 pada ikhlas bekerja tanpa dibayar, atau dibayar ala kadarnya, trus siapa yang membiayai kehidupan keluarga guru? Siapa yang membiayai pendidikan putra-putri guru? Haruskah demi profesi yang mulia, seorang guru harus mengorbankan diri dan keluarganya? Apa sebaiknya guru2 beristri TKW saja, biar ada yang membiayai kebutuhan keluarganya tanpa mengharap penghasilan dari profesinya.

imam hadi kusuma mengatakan...

@suyadi : pertama saya ucapkan terimakasih dah mau mampir. menanggapi komentar anda memang benar guru berhak mendapatkan haknya (baca:gaji), akan tetapi hendaknya gaji tidak lah menjadi motivasi utama yang berimbas pada keprofesionalisme pendidik dalam mengajar. jangan-jangan menjadi guru hanya mengejar materi imbasnya adalah guru tidak sepenuh hati dalam mengajar....

Herbaltum mengatakan...

izin berbagi
http://berkhasiat.web.id/1496-jual-daun-insulin-yakon

Posting Komentar